NGAJI BERSERI#8 HADHARAH DAN MADANIYAH

Bismillah.. Pernahkah sahabat mendapati, ketika kita mencoba mendakwahkan tentang Islam, tentang halal-haram, kadangkala muncul statement aneh dari orang-orang yang tidak mengerti akan Islam. Ketika kita menggunakan facebook, smartphone, google, dan teknologi lainnya, ada yang beranggapan bahwa umat Islam tidak konsisten karena mereka menggunakan produk-produk buatan kafir Barat. Padahal, kata mereka, umat Islamlah yang paling keras menentang mereka (kafir Barat) karena permusuhannya atas Islam dan kaum muslimin.

Fenomena lainnya, kita temukan di antara kaum muslimin yang sama sekali mengharamkan teknologi seperti disebutkan di atas untuk dirinya. Mereka sama sekali tak menyentuhnya karena menganggap itu semua adalah perkara yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Di sisi lain, ada kaum muslimin yang menerima segala hal yang berasal dari barat. Mereka beranggapan bahwa Barat adalah kiblat yang baik untuk mempelajari Islam sebagaimana Mesir atau Arab. Dua fenomena yang bertentangan ini terjadi karena kemunduran taraf berpikir kaum muslimin sehingga tidak mampu membedakan mana hadharah yang boleh diadopsi kaum muslimin beserta madaniahnya, dan mana yang tidak.

Kerancuan dalam memahami hadharah dan madaniyah bahkan masih tampak hingga sekarang. Di perguruan tinggi misalnya, masih banyak yang mengadopsi teori Evolusi warisan Charles Darwin. Padahal, teori itu sudah dibantah oleh salah seorang ilmuwan muslim yang terkenal dengan nama Harun Yahya. Berbagai pemahaman seperti filsafat, demokrasi, feminisme, HAM, dan lain-lain juga masih akrab bersarang di benak mereka akibat kurikulumnya didikte langsung oleh Barat. Walhasil, anak-anak kaum muslimin menjadi bingung dalam menentukan identitas mereka dan terjebak dengan berbagai pemikiran sesat yang diwariskan kaum kafir Barat.

Dalam dokumen Rand Coorporation yang dipublikasikan pada tahun 2007, di dalamnya memuat upaya Kafir Barat untuk memecah belah kaum muslimin. Ini dapat diketahui dari salah satu bab dokumen tersebut yang berjudul Road Map for Moderate Network Building in the Muslim World. Mereka berupaya mengubah identitas kaum muslimin dari ‘radikal’ menjadi ‘moderat’. Tentunya pengkajian ini telah didahului dengan menyelami bagaimana kriteria kaum muslimin yang mereka gelari ‘radikal’ sebelum akhirnya memutuskan untuk diperangi dan dipaksa menjadi ‘moderat’. Untuk menyukseskan upaya tersebut, digandenglah para sekularis, liberalis, serta para tradisionalis dan sufi. Mereka inilah yang dijadikan partener untuk menghembuskan berbagai pemikiran sesat untuk menggelincirkan kaum muslimin dari pemahamannya yang lurus terhadap Islam.

Mengenai hadharah, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nizham al Islam (Peraturan Hidup dalam Islam) menyebutkan bahwa hadharah adalah sekumpulan mafahim (ide-ide yang dianut) yang memiliki fakta dalam kehidupan. Ringkasnya, hadharah adalah pemahaman atau persepsi tentang kehidupan, baik pemahaman itu dihubungkan dengan agama atau dengan ideologi tertentu. Kita tentu sudah mafhum bahwa di dunia hanya terdapat tiga ideologi yaitu Islam, kapitalis, dan sosialis-komunis. Masing-masing ideologi berbeda pandangannya ketika memahami kehidupan, baik dari segi fondasi (asas) maupun ukuran kebahagiaan.

Hadharah Islam menempatkan kesadaran hubungan manusia dengan Allah sebagai asas atau fondasi. Dari kesadaran inilah lahir akidah yang menjadi landasan sekaligus kepemimpinan berpikir mereka. Setiap pemikiran dan tingkah laku mereka disandarkan pada Islam. Islam menjadi kepemimpinan berpikir yang akan mengendalikan tindak-tanduknya. Adapaun hadharah Barat memiliki landasan yang lain yaitu pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Ringkasnya, agama tidak boleh dicampur-adukkan dengan politik. Begitu juga sebaliknya. Padahal, Islam tidak mengkotak-kotakkan antara agama dan politik. Politik dalam definisi Barat sama sekali jauh dari pemahaman politik Islam. Jika menurut mereka politik adalah seni untuk meraih kekuasaan, maka Islam memandang politik sebagai pengaturan urusan ummat.

Politik dalam Islam mencakup segala hal, termasuk pendidikan, ekonomi, sosial-budaya. Dalam aspek politik juga dipusatkan perhatian pada berbagai pemikiran yang berkembang di tengah-tengah kaum muslimin. Salah satunya mengenai datangnya rezeki dan ajal. Ini merupakan hadharah. Dalam hadharah Islam terkandung pemahaman bahwasannya Allah satu-satunya Dzat yang Maha pemberi rezeki. Sementara, hadharah di luar Islam beranggapan bahwa Dewa dapat menurunkan rezeki. Begitu juga dengan ajal. Kapan dan dimana ajal adalah mutlak pengetahuan Allah serta kejadiannya tidak dapat ditangguhkan, ini adalah hadharah Islam. Adapun keyakinan terhadap adanya reinkarnasi adalah bukan hadharah Islam sehingga harus ditolak.

Begitu juga dengan feminisme, nasionalisme, demokrasi, dan pluralisme. Itu semua merupakan contoh-contoh hadharah yang berasal dari luar Islam. Islam tidak pernah mengajarkan ide tersebut. Islam mengenal aturan hidup yang berasal dari Allah yang menggariskan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Islam juga mencela penganut nasionalisme dan ashabiyah sebab keberadaannya mengundang perpecahan di kalangan kaum muslimin. Demikian juga ide demokrasi yang melegalkan manusia sebagai pembuat aturan dan pluralisme yang seolah menisbikan kebenaran agama.

Begitu juga dengan konsep tentang kehidupan sosial-budaya. Perempuan adalah makhluk yang mulia adalah hadharah Islam, namun perempuan sebagai makhluk yang hina adalah hadharah Barat. Memang benar bahwa sebelum Rasulullah SAW diberi risalah kenabian, orang Arab jahiliyyah dahulu beranggapan bahwa memiliki anak perempuan adalah aib. Setelah Rasulullah SAW datang membawa agama baru yakni Islam, maka sirnalah anggapan tersebut. Demikian juga anggapan bahwa perempuan adalah pembawa bencana karena ia telah menyebabkan Nabi Adam tergoda dan keluar dari surga, itu adalah hadharah Barat.

Demikian juga dalam bidang ekonomi, riba haram merupakan hadharah Islam. Adapun anggapan bahwa riba diperbolehkan merupakan hadharah selain Islam. Islam memandang bahwa pelaku riba, meskipun hanya satu dirham, mendapatkan dosa yang setara dengan menzinahi ibu kandung sendiri. Na’udzubillahi. Ini adalah sekelumit hadharah yang pembahasannya wajib dipahami kaum muslimin. Jika hadharah Islam menempatkan Islam sebagai asas, maka hadharah Barat menempatkan sesuatu selain Islam sebagai asas. Inilah yang menjadikan kedua hadharah ini bertentangan sehingga yang wajib diambil hanyalah hadharah Islam.

(bersambung)

3 Comments

Leave a comment